Beranda | Artikel
Cara Mendapatkan Manisnya Iman
Senin, 23 Mei 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Cara Mendapatkan Manisnya Iman merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 21 Syawal 1443 H / 22 Mei 2022 M.

Kajian Hadits Cara Mendapatkan Manisnya Iman

Hadits nomor 22:

عَنْ أَنَسٍ – رضي الله عنه – عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ.

“Dari Anas -semoga Allah meridhainya- ia berkata, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Ada tiga perangai yang barangsiapa tiga perangai ini ada pada seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman; yaitu siapa yang Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari semua selain Allah dan RasulNya, dan tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan ia darinya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan kedalam api neraka.`” (HR. Muslim)

Yang dimaksud dengan manisnya iman -kata Imam Nawawi- yakni merasakan kelezatan ketaatan. Ketika dia berdzikir, shalat atau ibadah yang lainnya ia merasakan kenikmatannya. Karena ada orang yang shalat tapi tidak merasakan kenikmatan. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya supaya cepat selesai dari shalat. Bagi dia shalat hanya beban saja.

Ada yang lisannya berdzikir tapi dia tidak merasakan kenikmatan dari dzikir. Ada orang yang membaca Al-Qur’an tapi dia tidak merasakan kenikmatan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan untuk mendapatkan manisnya iman adalah dengan tiga cara ini. Yaitu:

1. Allah dan RasulNya lebih kita cintai dari segala-galanya

Ini bukan perkara yang ringan. Karena untuk mencintai Allah dari segala-galanya mengharuskan kita berusaha terus untuk mengenal Allah dan mengenal RasulNya. Semakin kita kenal Allah dengan namaNya, sifatNya, semakin kita mengenal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka semakin tumbuh rasa cinta kepada Allah dan RasulNya. Semakin kurang mengenal Allah dan RasulNya, maka semakin kurang cinta kita kepada Allah dan RasulNya.

Kemudian supaya kita bisa mencintai Allah dan RasulNya adalah dengan berusaha terus untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Dan ini membutuhkan mujahadatun nafs (berjihad melawan hawa nafsu/syahwat). Karena ibadah tidaklah mudah. Makanya Allah mengatakan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah[1]: 5)

Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah bahwa Allah menyebutkan “meminta pertolongan” setelah ibadah karena ibadah itu berat dan kita butuh pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Maka dari itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh kita minta tolong kepada Allah supaya Allah memudahkan kita untuk memperbaiki ibadah kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِك

“Ya Allah bantu aku untuk senantiasa mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan memperbaiki ibadahku kepadaMu.” (HR. Abu Dawud)

Ini yang pertama, Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selain keduanya. Lebih kita cintai dari anak, orang tua, pasangan hidup, atau dari perniagaan kita. Makanya Allah mengancam kalau ternyata semua itu lebih ia cintai daripada Allah dan RasulNya jangan salahkan kalau Allah memberikan sanksi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ

“Katakanlah: ‘jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya`” (QS. At-Taubah[9]: 24)

Ini hukumnya wajib. Kalau tidak kita lakukan maka kita akan terkena ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan termasuk kategori orang yang fasik.

Maka di sini penting sekali untuk benar-benar berusaha supaya Allah dan RasulNya lebih kita cintai dari segala-galanya.

2. Mencintai seseorang karena Allah

Ini yang kedua. Sementara kita banyak cintanya karena ikatan dunia. Cinta karena ikatan satu hobi, kantor, yayasan, organisasi, partai, atau kepentingan. Demi Allah itu semua bukan karena Allah.

Cinta karena selain Allah menyebabkan orangnya nanti pada hari kiamat bermusuh-musuhan. Allah Ta’ala berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang saling berkasih sayang karena dunia pada hari kiamat nanti akan menjadi musuh untuk satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 67)

Mencintai seseorang karena Allah tidak mudah. Oleh karena itu pahalanya besar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika menyebutkan 7 orang yang akan Allah berikan naungan pada hari kiamat dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Di antaranya adalah:

رَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah berpisah pun karena Allah.”

3. Tidak suka kembali kepada kekufuran

Ia tidak suka kembali kepada kekufuran (besar maupun kecil) setelah Allah selamatkan dia dari kekafiran tersebut seperti ia tidak suka untuk dilemparkan kedalam api neraka.

Seperti orang yang hijrah. Misalnya dahulu masa lalunya kelam, suka mabuk-mabukan dan yang lainnya. Ternyata Allah beri ia hidayah Alhamdulillah hijrah. Ternyata setelah hijrah dia merasakan kenikmatan hijrah dan tidak mau kembali kepada masa lalunya yang kelam walaupun dikasih duit miliaran. Orang ini berarti sudah merasakan manisnya iman dan hidayah.

Hadits nomor 23

عَنْ أَنَسٍ – رضي الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

“Dari Anas -semoga Allah meridhainya- ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Tidak beriman seseorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.`” (HR. Muslim)

Seluruh ulama Ahlus Sunnah menafsirkan yang dimaksud “tidak beriman” dalam hadits ini artinya dia tidak beriman dengan iman yang sempurna. Iman baru sempurna ketika Rasulullah lebih ia cintai dari seluruh manusia.

Maka dari itu sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam harus lebih kita cintai daripada apapun juga. Ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih kita junjung tinggi daripada ajaran siapapun juga. Kita tidak mau mendahului Allah dan RasulNya, kita tidak mau mengangkat pendapat diatas pendapat Allah dan RasulNya. Sebagaimana Allah mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ…

“Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian dahului Allah dan RasulNya…” (QS. Al-Hujurat[49]: 1)

Artinya jangan mendahului Allah dan RasulNya dengan ucapan atau perbuatan. Jangan kita mengucapkan sesuatu sampai ada hujjah (keterangan) dari Allah dan RasulNya. Dan jangan kita melakukan suatu ibadah sampai ada keterangan dari Allah dan RasulNya.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51721-cara-mendapatkan-manisnya-iman/